Profil Desa Winong

Ketahui informasi secara rinci Desa Winong mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.

Desa Winong

Tentang Kami

Profil Desa Winong, Kemiri, Purworejo. Telusuri pesona desa di perbukitan Menoreh ini, dari filosofi namanya, potensi pertanian lahan kering dan perkebunan, hingga kehidupan sosial masyarakatnya yang guyub dan tangguh.

  • Identitas dari Pohon Winong

    Nama "Winong" berasal dari pohon Winong atau Tetrameles nudiflora, yang melambangkan kekuatan, keteduhan, dan kemampuan beradaptasi, mencerminkan karakter desa yang tangguh di wilayah perbukitan.

  • Pertanian Lahan Kering dan Perkebunan

    Berbeda dari desa dataran rendah, perekonomian Winong bertumpu pada pertanian lahan kering (palawija), perkebunan kayu keras (jati, sengon), dan peternakan, yang disesuaikan dengan kontur tanah perbukitan.

  • Komunitas Perbukitan yang Guyub

    Masyarakat Desa Winong dikenal memiliki semangat gotong royong (guyub rukun) yang sangat kuat, sebuah modal sosial vital untuk mengatasi tantangan hidup di wilayah perbukitan yang dinamis.

XM Broker

Beranjak dari hamparan dataran rendah, di lekuk perbukitan Kecamatan Kemiri, Kabupaten Purworejo, terdapat sebuah desa yang namanya diambil dari sejenis pohon raksasa yang kokoh: Desa Winong. Nama ini bukan sekadar sebutan, melainkan sebuah simbol kekuatan, keteduhan dan kemampuan beradaptasi yang tecermin dalam kehidupan masyarakatnya. Desa Winong adalah potret komunitas perbukitan yang hidup harmonis dengan alam, mengolah lahan miring menjadi sumber penghidupan, dan membangun ikatan sosial yang kuat sebagai fondasi utama dalam menghadapi tantangan. Profil ini akan membawa Anda menapaki jalanan Desa Winong, memahami filosofi namanya, menggali potensi uniknya, dan merasakan semangat warganya yang tangguh.

Sejarah dan Filosofi di Balik Nama "Winong"

Nama Desa Winong berasal dari Pohon Winong (Tetrameles nudiflora), yang juga dikenal dengan nama Bintungan. Pohon ini merupakan jenis pohon raksasa yang dapat tumbuh sangat tinggi dan besar, dengan akar banir yang kuat mencengkeram tanah. Pohon Winong sering dianggap sebagai "raja hutan" karena ukurannya yang mengesankan dan kemampuannya untuk tumbuh di berbagai kondisi, termasuk di lereng-lereng perbukitan.Pemilihan nama "Winong" untuk desa ini sarat akan makna mendalam. Para leluhur yang menamai desa ini melihat pohon Winong sebagai lambang dari harapan dan karakter yang ingin mereka bangun. Harapannya, desa ini akan menjadi komunitas yang kuat, kokoh, dan berakar dalam seperti pohon Winong. Ia juga melambangkan kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungan perbukitan yang menantang serta memberikan naungan dan perlindungan (pangayoman) bagi seluruh warganya. Filosofi ini terwujud dalam karakter masyarakat Desa Winong yang dikenal ulet, pekerja keras, dan memiliki ikatan sosial yang sangat erat untuk saling menopang.

Kondisi Geografis dan Tatanan Demografis

Secara geografis, Desa Winong terletak di wilayah perbukitan di bagian utara Kecamatan Kemiri, yang merupakan bagian dari rangkaian perbukitan Menoreh. Topografinya bervariasi dari landai hingga terjal, dengan pemandangan lembah dan perbukitan hijau yang memanjakan mata. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Purworejo, luas wilayah Desa Winong tercatat sekitar 2,84 kilometer persegi. Desa ini berbatasan langsung dengan desa-desa lain; di sebelah utara berbatasan dengan Desa Kerep, di sebelah timur dengan Desa Rejosari, di sebelah selatan dengan Desa Kemiri Kidul, dan di sebelah barat berbatasan dengan Desa Paitan.Menurut data kependudukan termutakhir, Desa Winong dihuni oleh sekitar 2.350 jiwa. Dengan luas wilayah yang ada, maka tingkat kepadatan penduduknya berada di angka sekitar 827 jiwa per kilometer persegi. Kepadatan yang lebih rendah dibandingkan desa-desa di dataran rendah mencerminkan karakteristik pemukiman di wilayah perbukitan yang cenderung menyebar. Mayoritas penduduknya bekerja di sektor pertanian dalam arti luas, yang disesuaikan dengan kondisi alam setempat, yaitu pertanian lahan kering, perkebunan, dan peternakan.

Ekonomi Perbukitan: Palawija, Kayu, dan Ternak

Berbeda dengan desa-desa di dataran rendah yang mengandalkan padi sawah, perekonomian Desa Winong bertumpu pada sistem pertanian lahan kering. Lahan tegalan dan perbukitan dimanfaatkan secara optimal untuk menanam berbagai komoditas palawija yang tahan terhadap kondisi air yang terbatas. Singkong, jagung, ubi jalar, dan kacang-kacangan menjadi tanaman pangan utama yang menopang ketahanan pangan dan ekonomi warga.Selain palawija, sektor perkebunan menjadi investasi jangka panjang yang sangat penting. Warga banyak menanam pohon kayu keras seperti jati, sengon, dan mahoni di kebun-kebun mereka. Pohon-pohon ini berfungsi ganda, yaitu sebagai pencegah erosi di lahan miring dan sebagai "tabungan" masa depan yang dapat dipanen untuk membiayai kebutuhan besar seperti membangun rumah, pendidikan anak, atau hajatan.Sektor peternakan, terutama kambing dan sapi, juga menjadi pilar ekonomi yang vital. Ternak ini dipelihara sebagai sumber pendapatan tambahan, penghasil pupuk kandang untuk menyuburkan lahan, dan aset keluarga. Kombinasi antara palawija, kayu, dan ternak menciptakan sebuah model ekonomi perbukitan yang tangguh dan berkelanjutan.

Tata Kelola Pemerintahan dan Pembangunan Desa

Pemerintahan Desa Winong dijalankan oleh seorang Kepala Desa beserta jajaran perangkatnya, yang bekerja secara kolaboratif dengan Badan Permusyawaratan Desa (BPD). Mengingat kondisi geografis yang menantang, pembangunan infrastruktur menjadi salah satu prioritas utama. Perencanaan pembangunan dilakukan secara partisipatif melalui Musrenbangdes, di mana usulan dari setiap dusun ditampung untuk kemudian dirumuskan menjadi program kerja desa.Pada tahun 2025 ini, fokus penggunaan Dana Desa diarahkan pada peningkatan aksesibilitas dan ketahanan air. Program seperti perkerasan jalan dusun, pembangunan talud penahan longsor, dan pengembangan sumber air bersih menjadi agenda penting. Di bidang pemberdayaan, pemerintah desa mendorong pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang berbasis pada hasil bumi lokal, seperti pengolahan singkong menjadi keripik atau tepung mocaf, serta mendukung kelompok-kelompok ternak untuk meningkatkan produktivitasnya.

Kehidupan Sosial yang Guyub Rukun

Kehidupan di perbukitan menempa masyarakat Desa Winong menjadi komunitas yang sangat solid dan memiliki semangat gotong royong yang luar biasa. Konsep guyub rukun (hidup rukun dan harmonis) bukan sekadar slogan, melainkan praktik sehari-hari. Medan yang sulit dan jarak antar pemukiman yang terkadang jauh justru memperkuat kebutuhan untuk saling bergantung dan membantu. Tradisi kerja bakti untuk memperbaiki jalan, membantu tetangga yang terkena musibah, atau saat menggelar hajatan menjadi perekat sosial yang sangat kuat.Sebagai masyarakat yang agamis, nilai-nilai keislaman menjadi panduan utama dalam kehidupan. Masjid dan musala tersebar di setiap dusun dan menjadi pusat kegiatan ibadah serta sosial kemasyarakatan. Suasana pasca perayaan HUT RI ke-80 pada Agustus 2025 ini pun menjadi bukti kekompakan warga dalam menyelenggarakan berbagai kegiatan bersama, dari lomba-lomba tradisional hingga malam tasyakuran, yang semakin mempererat rasa persatuan.

Tantangan dan Prospek Masa Depan

Tantangan utama yang dihadapi Desa Winong sangat terkait dengan kondisi geografisnya. Risiko bencana alam seperti tanah longsor saat musim hujan dan kekeringan saat musim kemarau menjadi ancaman yang nyata. Aksesibilitas dan infrastruktur juga masih menjadi pekerjaan rumah yang harus terus ditingkatkan. Selain itu, menjaga minat generasi muda untuk tetap tinggal dan membangun desa di tengah daya tarik perkotaan adalah tantangan sosial yang tidak ringan.Namun Desa Winong menyimpan prospek masa depan yang cerah. Keindahan alam perbukitannya memiliki potensi besar untuk dikembangkan menjadi destinasi ekowisata atau wisata pedesaan. Pengembangan produk agribisnis berbasis palawija, seperti tepung mocaf organik atau produk olahan lainnya, dapat meningkatkan nilai tambah dan membuka pasar baru. Dengan fondasi sosial berupa semangat gotong royong yang sangat kuat, masyarakat Desa Winong memiliki modal terbaik untuk melaksanakan program-program pembangunan berbasis komunitas yang inovatif dan berkelanjutan.

Penutup

Desa Winong adalah sebuah cerminan dari filosofi pohon yang menjadi namanya. Ia kokoh, tangguh, dan terus berjuang untuk tumbuh di tengah tantangan alam perbukitan. Dari lereng-lerengnya, kita belajar tentang kerja keras para petani lahan kering, dan dari interaksi warganya, kita merasakan hangatnya kebersamaan yang tulus. Dengan terus merawat alam dan memupuk semangat gotong royong, masyarakat Winong akan senantiasa menjadi komunitas yang kuat dan meneduhkan, persis seperti pohon Winong yang gagah menjulang.